Konflik di Sudan adalah sebuah konflik bersenjata yang telah terjadi sejak awal kemerdekaannya pada tahun 1956. Konflik ini terdiri dari beberapa konflik bersenjata yang terjadi di berbagai wilayah di Sudan, seperti Perang Sudan Selatan (1983-2005), Konflik Darfur (2003-2010), Konflik Nuba Mountains (2011-sekarang), dan Konflik Sudan Selatan (2011-sekarang).
Konflik Sudan bermula dari masalah politik dan ekonomi yang terjadi di negara tersebut. Pada awal kemerdekaannya, Sudan mengalami konflik antara pemerintah yang didominasi oleh kelompok Arab dan kelompok-kelompok oposisi yang didominasi oleh suku-suku non-Arab. Konflik ini semakin meruncing pada tahun 1983 ketika pemerintah Sudan mulai menerapkan hukum syariah yang ketat dan mengabaikan hak-hak kelompok non-Arab.
Perang Sudan Selatan (1983-2005) adalah konflik terlama dalam sejarah Sudan dan dimulai ketika SPLA (Sudan People’s Liberation Army) memulai gerakan pemberontakan melawan pemerintah. SPLA didominasi oleh suku Dinka dan Nuer, yang mayoritas beragama Kristen dan animis. Tujuan SPLA adalah untuk mendapatkan otonomi dan kemungkinan pemisahan dari Sudan Selatan yang mayoritas penduduknya adalah non-Arab dan mayoritas beragama Kristen dan animis. Pemerintah Sudan, yang didominasi oleh kelompok Arab dan mayoritas beragama Islam, membalas dengan kekerasan dan memperkuat kendali mereka atas wilayah tersebut.
Pada tahun 1989, Jenderal Omar al-Bashir melakukan kudeta militer dan menjadi presiden Sudan. Al-Bashir memperketat kontrol pemerintah atas Sudan Selatan dan mengabaikan kesepakatan damai yang telah ditandatangani sebelumnya. Pada tahun 1998, SPLA menyerang wilayah ibu kota Khartoum, tetapi serangan tersebut gagal dan pemerintah Sudan semakin mengintensifkan kampanye militer mereka.
Konflik Darfur adalah konflik yang terjadi di wilayah Darfur di barat Sudan pada tahun 2003. Konflik ini dimulai setelah kelompok separatis Darfur menyerang basis militer pemerintah. Pemerintah Sudan kemudian memberikan dukungan kepada milisi Arab lokal, yang dikenal sebagai Janjaweed, untuk melawan kelompok separatis. Konflik ini menewaskan sekitar 300.000 orang dan memaksa 2,7 juta orang untuk mengungsi.
Pada tahun 2005, setelah berlangsungnya perundingan selama dua tahun, ditandatangani Perjanjian Naivasha antara pemerintah Sudan dan SPLA. Perjanjian ini memberikan otonomi luas bagi Sudan Selatan dan membuka jalan untuk referendum yang akan menentukan apakah Sudan Selatan akan memisahkan diri dari Sudan atau tidak. Pada tahun 2011, Sudan Selatan memilih untuk memisahkan diri dan menjadi negara yang merdeka.
Konflik Nuba Mountains dan Konflik Sudan Selatan terjadi setelah pemisahan Sudan Selatan dari Sudan pada tahun 2011. Konflik ini terjadi antara kelompok separatis di wilayah Nuba Mountains dan Sudan Selatan dengan pemerintah Sudan. Konflik ini masih berlangsung hingga saat ini, meskipun telah ditandatanganinya perjanjian damai pada tahun 2020.
Konflik Sudan telah memberikan dampak yang sangat besar terhadap Sudan dan rakyatnya. Konflik ini telah menewaskan ratusan ribu orang, memaksa jutaan orang untuk mengungsi, dan merusak ekonomi Sudan. Meskipun telah ditandatanganinya beberapa perjanjian damai, konflik di Sudan masih terus berlanjut hingga saat ini. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang lebih besar dari pemerintah Sudan dan komunitas internasional untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di Sudan.